The Bento Papa (1)

Ada beberapa hal yang berubah, ketika Archipelago, anakku semata wayang itu tahun ini masuk SD. Dimulai dari jam masuk sekolah yang tadinya 10 siang, sekarang ini bel berbunyi pada pk 7.30 –artinya paling ngga setengah jam sebelumnya perjalanan mengantarkan dimulai.

Yang lebih seru lagi, adalah ketika ternyata semua anak SD harus membawa bekal untuk makan siang dalam lunchbox. Tadinya saya ngga kepikiran sama sekali mengenai hal ini; yang ada dibenak saya –ah bisa disiapin oleh ART saja, beres.

Seminggu pertama berjalan, dan saya mulai memperhatikan; bahwa jebul setiap pagi bekal yang dibawa itu ternyata monoton — nasi, telor, sosis. Astaga, langsung kebayang 2 hal dibenak saya:
1) Anakku kurang gizi kih
2) Apa jadinya kalo nasi telor sosis ini dibandingkan dengan bekal teman-temannya? Ngisin2i wae

Sebagai papa (yang merasa) keren saya tertohok. Sakitnya disinih.. *tunjuk dengkul*

A man’s gotta do what a man’s gotta do.

Dan mulailah saya melakukan rutinitas yang sangatlah manly dan macho; membuat Bento. Setiap pagi, senin hingga jumat.

Here it goes, dokumentasinya:

Week 1.

Day 1/Monday. The I-have-no-idea spaghetti.

Day 1. I have no idea.

Day 1. I have no idea.

Bahan-bahan:

Spaghetti, olive oil, butter, keju parmesan, salmon, cherry tomato, brokoli, telor, strawberry dan anggur.

Rebus spaghetti dalam air mendidih hingga al dente (jangan lupa kasih garam + minyak sedikit), lalu tiriskan, tambahkan olive oil. Taburi keju parmesan dan aduk-ratakan.

Sautee (tumis) salmon dengan butter (saya pake anchor unsalted), lalu taroh diatas spaghetti. Tambahkan tomat ceri dan brokoli (dimicrowave dulu 2 menit agar matang).

Dadar lah telor, potong strawberry dan anggur. Jadi.

Dead simple.

 

Day 2/Tuesday. The Batman Wannabe. Continue reading