Snowboarding di Muju, Korea Selatan (2)

Ternyata bukan 3 kategori. Setelah nengok foto guideline resort, aku baru inget kalo Muju punya 4 jenis track atau slope, yaitu; beginner, intermediate, advanced, dan expert. Sebagai newbie, beraninya ya jelas baru track yang beginner dong. Itupun baru hari kedua.

Menuju ke garis start slope, ada beberapa jalur gondola (kereta gantung) yang bisa dinaiki. Lebih jelasnya ada di peta ini

Awalnya aku mencoba jalur Eastern dengan naik Gondola Boat. Jalur ini panjangnya hanya 340m dan landai pada awalnya, tapi sebenarnya cukup curam pada ujung slope. Beberapa jam bolak balik di jalur ini, dengan puluhan kali jatuh terbanting sampai aku akhirnya bisa memrogram ulang caraku mengendalikan snowboard. No more ankle, just body weight.

Eastern Slope

Eastern Slope

Menurutku, proses belajar snowboarding tingkat awal dibagi menjadi 3 langkah. Pertama adalah belajar meluncur dan berhenti dengan membelok membentuk huruf C. Bagian ini aku secara natural aku sudah bisa melakukan. Langkah berikutnya adalah meluncur dengan dua kaki sejajar membentuk sudut 90º terhadap lintasan. Dan yang terakhir adalah meluncur dengan membentuk pola S. Dengan cara inilah board bisa dikontrol kecepatan dan arahnya.

Daan, keputusanku tidak memakai pelatih tampaknya tepat, karena ternyata di area latihan ini, aku bisa curi-curi lihat di sekitarku bagaimana proses orang diajarin snowboarding oleh pelatihnya. Kursus gratis deh, hihihi.

Bagi orang Indonesia sepertiku, yang terbiasa dengan suhu tidak pernah lebih rendah dari 20ºC, tampaknya menghirup udara dengan suhu dibawah 0ºC itu membuat paru-paru harus bekerja lebih keras untuk menghangatkan oksigen yang akan diserapnya. Setiap jatuh, apalagi jika hidung ini menyentuh salju ingin rasanya diam dulu sejenak beberapa menit. Tapi tidak bisa.

Pada keadaan diam, setiap partikel udara yang ada disekitar akan menyelinap masuk kedalam jaket setebal apapun. Dinginnya menusuk paru-paru, karena bagian tubuh ini terekspose langsung oleh udara dingin yang terhirup. Semakin lama diam, semakin sulit otot-otot tangan dan kaki yang menopang tubuh ini digerakkan. Satu-satunya jalan adalah bangkit segera, setelah jatuh. Klise, tapi bukankah bangkit setelah jatuh itulah yang harus dilakukan siapapun, kapanpun dan dimanapun?

((( mendadak filosofis )))

Setelah cukup pede — artinya frekuensi ngglebak (jatuh -red) sudah berkurang, saatnya berpindah jalur. Track selanjutnya, aku memilih naik gondola jalur Liner menuju slope Seoyeok Gihaeng (paling kanan kalau di peta) yang panjangnya sekitar 5,4 km.

Gondola (kereta gantung) jalur Liner

Gondola (kereta gantung) jalur Liner

Dan disinilah petualangan snowboarding sebenarnya dimulai. 5km dalam persepsiku adalah jarak yang bisa ditempuh selama 35-40 menit dengan berlari. Jadi secara teori, dengan meluncur dengan snowboard maka waktu tempuhnya kurang dari itu.

Ya, itu benar — untuk para expert. Berbeda tentunya untukku. Kuhabiskan 1km pertama dengan meluncur pelan, berpindah kaki kiri dan kaki kanan sebagai tumpuan, dengan menghadap lurus kedepan. Lalu berpindah, meluncur pelan dengan membelakangi slope. Berhenti. Meluncur lagi. Berhenti lagi. Memutar kaki kanan kedepan dan meluncur dengan sudut cukup tajam, aku mulai meluncur.

Ingat bahwa langkah ketiga dalam belajar snowboarding adalah membentuk lintasan S? Aku belum bisa melakukannya. 100 meter, 200 meter, terus meluncur, dan slope semakin curam didepan, hingga pada satu titik karena sangat curam, seakan-akan jalurnya hilang. Sekelebat di sisi kiri aku melihat ada tanda kuning bertulisan “SLOW DOWN”.

Tidak, aku tidak bisa memelankan laju board ini. Aku hanya tahu teorinya. Aku hanya baru menonton beberapa video youtube untuk membuat lintasan S. Kelihatan sangat mudah, tapi kenapa laju board ini hanya lurus kedepan dan semakin cepat?

Lalu aku melihat ada sebuah jaring kuning disisi kiri, persis di jalurku dan banyak orang-orang yang berbelok dan menepi disitu. Rupanya itu adalah sebuah gate untuk masuk ke sebuah blok untuk kamar di resort tersebut. Dan aku semakin dekat, tanpa mengurangi kecepatan. Tampaknya tabrakan tak akan bisa dielakkan.

Aku panik. Sejenak beberapa image terpampang jelas dalam pikiranku. Mie instant cup sarapan tadi pagi. Champong makan semalam. Ayam goreng dengan saus gotjujang makan siang tadi. Entah kenapa yang terbayang semuanya makanan. Bukankah harusnya momen seperti ini yang terbayang adalah lintasan kejadian-kejadian dalam hidupku? Embuh.

Sepersekian detik kemudian aku memutar badan, mencoba membentuk lintasan C dengan posisi menghadap kebelakang dan memindahkan berat badan agar tidak terpelanting. Tapi kecepatanku sudah terlanjur terlalu tinggi. Bisa kurasakan dengan getaran kakiku, betapa pinggiran snowboard ini menghunjam dan mengikis salju yang sudah rata dan padat. Lalu aku terbanting sangat keras pada punggung sebelah kanan, terbalik menghantam salju dengan bahu kiri, lalu terseret dengan muka menghadap salju. Sebisa mungkin aku melindungi kepala dengan tanganku. Mataku terpejam.

Aku yakin kejadian ini berlangsung hanya beberapa mikro detik. Tapi aku bisa mengingat semua detilnya. Hidung dan pipiku terasa dingin karena menyentuh salju. Napasku berhenti sesaat karena benturan itu.

Aku membuka mata.

Semua tampak putih.

Lha iya, kan salju.

Kugerakkan jari-jari tanganku satu persatu, lalu kakiku. Mencoba bangkit, tapi tangan dan kakiku bergetar. Aku jatuh lagi.

Dibelakangku ada teriakan dalam bahasa korea yang entah aku tak tahu artinya. Sepertinya ditujukan padaku, tapi aku tidak merespon.

Lalu ada teriakan lagi: “ARE YOU OO-KAYYHH?”

Aku hanya mengangkat jempol kanan dan bergumam lirih: “NEEEEE”
(artinya “Iya” dalam bahasa korea -red)

Aku mengangkat kepala, dan menyadari bahwa goggle yang tadi kupakai lepas dan tergeletak beberapa meter didepanku. Karena belum kuat berdiri, aku merangkak pelan meraih goggle tersebut. Dengan snowboard masih terpasang dikakiku, sungguh aku berasa seperti kadal yang merayap tapi diikat ekornya :/

Goggle kupakai lagi, dan aku mencoba bangkit lagi pelan-pelan, dan berkata dalam hati: “THIS IS ON YOUR LIST AND YOU KNOW THE RISK.. TANGI S*!”

….

And so it goes. Beberapa kali jatuh lagi setelah itu. You fall, you rise. You fall again, you rise again. Until it became part of you. And you feel the awesomeness of your journey.

((( filosofis lagi )))

-tamat-

Leave a comment